Kamis, 02 Januari 2020

Perbedaan Disabilitas Dan Difabilitas


--Dalam Naskah Terjemahan Resmi Lampiran Undang-undang Nomor 19 tahun 2011 salah satu isi hasil konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas dinyatakan : " Disabilitas merupakan suatu konsep yang terus berkembang dan disabilitas merupakan hasil dari interaksi antara orang-orang dengan keterbatasan kemampuan dan perilaku dan lingkungan yang menghambat partisipasi penuh dan efektif mereka di dalam masyarakat menurut kesetaraan dengan yang lainnya.

Apakah Perbedaan Disabilitas dan Difabilitas ?
 
Disabilitas : dari kata dis abilities : kurang

Difabilitas : dari kata Diferen : Berbeda

Undang-undang nomor 19 tahun 2011 tentang Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas

Istilah difabel pada awalnya marak digunakan oleh para pelopor info disabilitas di kawasan Yogyakarta dan Jawa. Difabel merupakan campuran dari dua kata ialah Differently able, atau sanggup juga Different ability. Maksud dari istilah tersebut untuk menawarkan bahwa difabel itu bukan cacat atau kekurangan, tapi mempunyai kemampuan yang berbeda, atau melaksanakan sesuatu dengan cara yang berbeda. Makara konotasinya lebih positif dibandingkan kata cacat atau disabled.

Sedangkan istilah penyandang disabilitas muncul menjelang pengesahan Konvensi PBB Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas (UN Convention on The rights of Person with Disability). Menjadi serapan dari kata Person with Disability (PWD), dipakailah kata Penyandang Disabilitas untuk menggantikan kata penyandang cacat yang secara resmi ada di UU no 19 tahun 2011.

Ada perbedaan konseptual bergotong-royong antara kata difabel dan penyandang disabilitas. Difabel mengacu pada diri si subjek yang memang mempunyai kemampuan berbeda dibanding orang lain pada umumnya. Sedangkan kata penyandang disabilitas yang istilah aslinya Person with Disability, mengacu pada lingkungan di luar si subjek yang belum akomodatif sehingga menyebabkan disabilitas. Ketika lingkungan di sekitar sudah akomodatif dan si subjek sanggup berkegiatan tanpa halangan lagi, maka beliau akan jadi person yang seutuhnya, tanpa komplemen disabilitas lagi.

Tinggal bagaimana Anda ingin melihat seorang difabel atau penyandang disabilitas dari sudut pandang yang mana. Semuanya punya sisi positif apabila memang ingin dipandang secara positif. Yang terpenting bukan istilah mana yang digunakan, tapi bagaimana perilaku kita untuk mendukung teman-teman penyandang disabilitas. Bahwa mereka juga insan atau person yang seutuhnya, punya aneka macam potensi, kelebihan, dan kekurangan masing-masing, kemudian apakah mereka mau dilihat dari kekurangannya, atau apa-apa yang sanggup mereka lakukan?

Demikian Semoga bermanfaat, terimakasih sudah berkunjung ke . Wassalam.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar