Kamis, 02 Januari 2020

Penyebab Anak Bandel Dan Cara Mengatasinya Berdasarkan Anutan Islam

 adab anak sangat dipengaruhi adab orangtuanya PENYEBAB ANAK NAKAL DAN CARA MENGATASINYA MENURUT AJARAN ISLAM
---Dalam pandangan Islam, adab anak sangat dipengaruhi adab orangtuanya, pendidik, guru, atau orang remaja lain dilingkungannyanya. Anak yaitu kertas putih yang sanggup dicoret dan diwarnai dengan warna apapun oleh orang tua, pendidik dan lingkungan masyarakatnya. Karena itu perlu diperhatikan bahwa orang orang tua, guru, ayah, ibu harus benar-benar memperhatikan dilema pelatihan adab Islami anak.

Mendidik anak merupakan masalah yang mulia tapi gampang-gampang susah dilakukan, lantaran di satu sisi, setiap orang bau tanah tentu menginginkan anaknya tumbuh dengan adab dan tingkah laris terpuji, tapi di sisi lain, secara umum dikuasai orang bau tanah terlalu dikuasai rasa tidak tega untuk tidak menuruti semua harapan sang anak, hingga pun dalam hal-hal yang akan merusak pelatihan akhlaknya.

Sebagai orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita meyakini bahwa sebaik-baik pesan yang tersirat untuk kebaikan hidup kita dan keluarga yaitu petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur-an dan sabda-sabda nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam hal yang bekerjasama dengan pendidikan anak, secara khusus Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan orang-orang yang beriman akan besarnya fitnah yang ditimbulkan lantaran kecintaan yang melampaui batas terhadap mereka.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an :
“Wahai orang-orang yang beriman, sebetulnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kau terhadap mereka…” (QS. at-Taghabun: 14).

Makna “menjadi musuh bagimu” dalam firman-Nya yaitu “melalaikan kau dari melakuakan amal shalih dan sanggup menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Fenomena Kenakalan Anak
Fenomena ini merupakan masalah besar yang cukup memusingkan dan menjadi beban pikiran para orangtua dan pendidik, lantaran fenomena ini cukup merata dan dikeluhkan oleh secara umum dikuasai masyarakat, tidak terkecuali kaum muslimin.

Padahal, syariat Islam yang tepat telah mengajarkan segala sesuatu kepada umat Islam, hingga dalam dilema yang sekecil-kecilnya, apalagi dilema besar dan penting menyerupai pendidikan anak.

Sebab kenakalan anak berdasarkan aturan Islam
Termasuk alasannya utama yang memicu penyimpangan adab pada anak, bahkan pada semua insan secara umum, yaitu godaan setan yang telah bersumpah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyesatkan insan dari jalan-Nya yang lurus.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Iblis (setan) berkata, ‘Karena Engkau telah menghukumi saya tersesat, sungguh saya akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat kepada-Mu).’”
(QS. Al-A’raf: 16-17).

Dalam upayanya untuk menyesatkan insan dari jalan yang benar, setan berusaha menanamkan benih-benih kesesatan pada diri insan semenjak pertama kali mereka dilahirkan ke dunia ini, untuk memudahkan usahanya selanjutnya sesudah insan itu dewasa.

Di samping alasannya utama di atas, ada faktor-faktor lain yang memicu dan mempengaruhi penyimpangan adab pada anak, berdasarkan keterangan dari ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Pertama, imbas didikan jelek kedua orangtua


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua bayi (manusia) dilahirkan di atas fithrah (kecenderungan mendapatkan kebenaran Islam dan tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya (beragama) Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Hadits ini memperlihatkan bahwa semua insan yang dilahirkan di dunia mempunyai hati yang cenderung kepada Islam dan tauhid, sehingga kalau dibiarkan dan tidak dipengaruhi maka nantinya dia akan mendapatkan kebenaran Islam. Akan tetapi, kedua orang tuanyalah yang menawarkan imbas buruk, bahkan menanamkan kekafiran dan kesyirikan kepadanya.

(Di antara referensi imbas jelek tersebut adalah) jikalau seorang ibu tidak menggunakan hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), bahagia bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahram-nya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktik (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) menggunakan hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu. Inilah yang dinamakan ‘pengajaran pada fitrah (manusia)’.”

Kedua, imbas lingkungan dan teman bergaul yang buruk

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang jelek (adalah) menyerupai pembawa (penjual) minyak bacin dan peniup al-kiir (tempat menempa besi). Maka, penjual minyak bacin sanggup jadi memberimu minyak bacin atau kau membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kau akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi), sanggup jadi (apinya) akan mengkremasi pakaianmu atau (minimal) kau akan mencium aroma yang tidak sedap darinya.”

Hadits yang mulia ini memperlihatkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik adab dan tingkah lakunya, lantaran adanya imbas baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka. Hadits tersebut sekaligus memperlihatkan larangan bergaul dengan orang-orang yang jelek akhlaknya dan pelaku maksiat lantaran imbas jelek yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka.

Ketiga, sumber bacaan dan tontonan


Pada umumnya, bawah umur mempunyai jiwa yang masih polos dan murni, sehingga sangat praktis terpengaruh dan mengikuti apa pun yang dilihat dan didengarnya dari sumber bacaan atau banyak sekali tontonan, dengan kata lain anak yaitu peniru yang ulung sehingga dengan cepat berperilaku sesuai dengan apa yang dilihat dan didengarnya dari orang terdekat.

Oleh lantaran itulah, metode pendidikan dengan menampilkan referensi figur untuk diteladani yaitu termasuk salah satu metode pendidikan yang sangat efektif dan bermanfaat.

Beberapa referensi cara mendidik anak yang nakal

Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang sanggup ditempuh untuk meluruskan penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:

Pertama, teguran dan pesan yang tersirat yang baik
Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak. Metode ini sering dipraktikkan pribadi oleh pendidik terbesar bagi umat ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, contohnya dikala dia shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang dikala sedang makan menjulurkan tangannya ke banyak sekali sisi nampan makanan, maka dia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“

Serta dalam hadits yang terkenal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, sebetulnya saya ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kau akan mendapati-Nya dihadapanmu.” .

Demikianlah bimbingan yang mulia dalam syariat Islam perihal cara mengatasi penyimpangan adab pada anak, dan tentu saja taufik untuk mencapai keberhasilan dalam amalan mulia ini ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh lantaran itu, banyak berdoa dan memohon kepada-Nya merupakan faktor penentu yang paling utama dalam hal ini.

Sumber Rujukan :
Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 4/482.
HSR. Muslim, no. 262HSR. Muslim, no. 2865HSR. Muslim, no. 2367HSR. Bukhari no. 1319, dan Muslim no. 2658Lihat kitab ‘Aunul Ma’bud: 12/319–320HSR. Bukhari no. 5214, dan Muslim no. 2628HSR. Bukhari no. 5061, dan Muslim no. 2022endidikan Karakter...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar